Mulanya Ibu Nani cuma iseng mengisi stand jajanan di sebuah acara 
awal, tiba-tiba keluar ide yang hasilnya membuka wawasan baru sebuah bisnis rumahan yang cukup menjanjikan.
 produknya ini dipasarkan secara online melalui sebuah akun Facebook 
dengan nama yang sedikit nyleneh. Tidak sampai satu minggu, pesanan 
sudah mulai berdatangan.
Tidak hanya di dari kota Bandung dan sekitarnya, tapi bahkan menembus
 hingga luar Jawa. Dari beberapa orang penikmat cemilan ini, awalnya 
tergiur dengan bentuk tampilan dan nama produknya yang agak aneh, tapi 
kemudian konsumen mulai melakukan pembelian lagi setelah mencicipi 
rasanya yang gurih dan renyah.
Pertama kali membuat cemilan ini, awalnya cukup dilakukan sendirian 
di sela-sela kesibukannya menjadi seorang ibu rumah tangga.
Mulanya Ibu 
Nani membuat adonan, menggoreng, mengemas hingga mengirimkan sendiri 
pesanan lewat kurir. Namun dengan membanjirnya pesanan, termasuk dari 
grosir-grosir toko kue kering dalam jumlah yang cukup besar, akhirnya 
halaman belakang rumahnya disulap jadi tempat produksi dan kini telah 
memberdayakan pekerja sekitar 7 orang.
Saat ini produknya cukup beragam, anatara lain Telor Gabus Ketan 
Pandan, Telor Gabus Wijen, Pangsit Goreng dan Ulat Keju. Cara 
pengolahannya yang bersih dan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas, 
selain menempatkan produk ini sebagai makanan yang berkelas, juga 
cemilan yang sehat. Menyambut bulan Ramadan dan menjelang Lebaran, 
produk ini cukup pantas disajikan untuk menjamu keluarga dan kerabat.
Ini adalah suatu contoh, bagaimana mengelola suatu industri rumahan 
yang tidak saja harus bersaing dengan ribuan produk industri makanan, 
mengandalkan intuisi dan ide-ide sederhana, sekaligus memanfaatkan 
teknologi jejaring sosial sebagai sarana pemasaran yang murah dan dalam 
waktu relatif singkat. Tentunya selain untuk menambah penghasilan, juga 
membuka lapangan pekerjaan baru.
